Tuesday, June 9, 2015

Letnan Polisi Kiatisuk Senamuang

Kiatisuk Senamuang. Mengingatkan saya pada jajaran striker - striker top Asia Tenggara bersama Kurniawan Dwi Yulianto, Lee Hyun Duc, dan tidak melupakan bintang Kamboja, Hok Shocetra. Pada masanya striker Thailand ini adalah momok menakutkan setiap pemain bertahan lawan dan juga menggetarkan Asia Tenggara ketika ia meneken kontrak dengan Huddersfield Town A.F.C pada tahun 1999, klub Football League First Division Inggris (sekarang dikenal dengan Football League Championship).


Mengawali karir sebagai pesepakbola saat masih berstatus polisi pada tahun 1989 - 1990 bergabung dengan klub Krung Thai Bank. Hanya butuh semusim untuk promosi ke tim senior Krung Thai Bank, klub yang kini bernama Bangkok Glass FC setelah diakuisisi oleh Bangkok Glass Grup Companies. Dalam musim debutnya, ia telah mengantar klubnya menjuarai Kor Royal Cup. Selama membela Krung Thai Bank dari 1989 - 1995 ia mencatatkan 145 penampilan dan 121 gol.

Penampilannya ini membuat ia mendapatkan tempat di timnas Thailand sejak tahun 1992. Gol timnas pertama dicetak ke gawang Sri lanka 11 April 1993 pada kualifikasi Piala Dunia 1994. Sejak itu namanya selalu menjadi pilihan utama Thailand dan sekaligus membangun reputasinya sebagai striker haus gol Asean. Total 131 caps dan 70 gol untuk timnas Thailand yang merupakan rekor penampilan terbanyak dan gol terbanyak.

Usai dari Krung Thai Bank, ia melanjutkan karirnya di Raj Pracha dan kemudian membela Royal Thai Police. Tahun 1998 ia menapaki karir bermain di luar Thailand dengan bergabung bersama klub Perlis Malaysia. Hanya bertahan semusim disana, ia mendapatkan trial bersama klub Inggris Middlesbrough. Sayangnya ia tidak mendapatkan kontrak, namun striker yang punya julukan "Zico" direkomendasikan kepada Huddersfield Town yang saat itu dimanajeri Steve Bruce (saat ini manajer Hull City).




Huddersfield langsung mengontrak Senamuang, saat itu berusia 23 tahun, dengan gaji 2000 poundsterling per minggu, satu flat dengan dua kamar tidur, dan mobil Ford. Banyak pendapat yang mengatakan saat itu tindakan Steve Bruce hanyalah aksi publisitas belaka, mendongkrak pamor klub di Thailand.

Terbukti atau tidak, namun Kiatisuk tidak bisa banyak berbuat di Inggris. Home sickness juga adaptasi terhadap budaya terutama persepakbolaan Inggris membuat ia tidak diturunkan sekalipun pada kompetisi  musim 1999/2000. 

Tiga bulan pertamanya di Inggris dihabiskan untuk membangun fisik ala sepakbola Inggris. Menu makanannya adalah ayam rebus, kentang, dan kacang - kacangan, sesuatu hal yang jauh berbeda dari sepakbola Thailand.

Meski bersahabat dengan Ken Monkou dan Marcus Stewart, namun Kiatisuk Senamuang tidak yakin karirnya akan baik di Inggris. Faktanya kemudian pria kelahiran tahun 1973 ini terlempar ke skuad cadangan Huddersfield. Kenyataan ini membuatnya mencoba peruntungan dengan Crystal Palace. Kegagalan akhirnya membuat ia kembali ke Asia Tenggara bergabung bersama Singapore Armed Forces hanya dalam waktu kurang dari setahun sejak ia meneken kontrak di Inggris.

Ia memang "lethal" untuk Asia Tenggara. Selang dua tahun ia bergabung bersama Hoang Anh Gia Lai (HAGL) Vietnam dengan gaji setara 5.600 poundsterling per bulan, sebuah rumah dengan lima kamar tidur, dan mercedes baru. Meski saat itu HAGL berada di divisi 2 Vietnam. Disini pula Zico menamatkan karir bermainnya pada tahun 2006. Total ia mencetak 102 gol dalam 75 penampilan bersama HAGL.

Prestasi bersama Thailand adalah diantaranya menjuarai Piala Kemerdekaan Indonesia 1994, Piala AFF 1996, 2000, 2002.

Pria yang berhenti dari kepolisian ini kini menjadi manajer Thailand dan kembali ia mengukir sejarah dengan mencatatkan diri sebagai pesepakbola yang berhasil meraih Piala AFF baik sebagai pemain maupun pelatih.

Striker Maut Asean tapi jelas bukan untuk Inggris.

No comments:

Post a Comment