Thursday, June 4, 2015

PSSI : No Wonder!!

Tidak adakah pilihan yang lain?. Berbekal medali perak Sea Games tahun 2011 saat masih berposisi sebagai asisten pelatih. Aji Santoso hampir selalu dijadikan pilihan oleh PSSI sebagai pelatih timnas under 23.

Meneruskan kursi kepelatihan dari Rahmad Darmawan, mantan bek kiri timnas ini menempati kursi pelatih timnas U-23 pada tahun 2012 - 2013. Setahun berselang Rahmad Darmawan kembali menempati posisi pelatih dan kemudian PSSI memberikan Aji Santoso kepercayaan dari tahun 2014.

Kualifikasi Piala Asia U-23 2016 menjadi kegagalan Aji Santoso.  Hanya mampu menang atas Brunei dan Timor Leste, Indonesia gagal meraih gelar runner up terbaik, karena kalah atas Korea Selatan di pertandingan terakhir.

Kini pelatih kelahiran Malang ini mengeluarkan apologi atas kekalahan Indonesia pada pertandingan pertama Sea Games 2015 Singapura. Ia mengatakan bahwa sanksi FIFA adalah sebuah alasan utama kenapa Myanmar sanggup mengalahkan Indonesia. Benarkah demikian?.

Diluar efek sanksi (jikapun memang ada), kondisi dilapangan mengatakan hal lain. Penampilan Myanmar seakan menasbihkan mereka memang layak mewakili Asia Tenggara pada Piala Dunia U-20 Selandia Baru yang juga sedang digelar.

Indonesia kalah strategi dan taktik. Myanmar sudah hapal bahwa jantung permainan ada di Evan Dimas dan bagaimana alur serangan Indonesia akan dibangun sehingga mereka bisa mencegah permainan Garuda Muda berkembang. Dua gol Indonesia dicetak lewat aksi individu bukan permainan tim.

Jujur selama Aji Santoso yang memegang, permainan timnas cenderung stagnan. Tidak ada perubahan - perubahan yang berarti dalam teknik permainan. Lebih dari itu rasanya mantan pelatih Persebaya ini juga belum bisa bertindak sebagai motivator tim.

Pernyataan yang dikeluarkannya setelah pertandingan melawan Myanmar adalah kalimat hampa dan pengesahan bahwa Myanmar telah maju dari Indonesia. PSSI miskin pilihan pelatih, gagal menumbuhkan pelatih - pelatih yang berkualitas. Jika dilihat dari pemilihan pelatih asal Indonesia, maka nama - nama yang beredar adalah itu - itu saja.






Tapi tak adil jika hanya menyalahkan Aji Santoso. Bagaimanapun PSSI yang kini sedang terkena sanksi luput menyediakan wadah pembinaan para pemain muda. Pola pembinaan yang dilakukan PSSI sama saja dari tahun ke tahun. Mengumpulkan pemain dalam jangka waktu lama, mengikutsertakan dalam suatu kompetisi terus menerus diulangi meski hasilnya nol. Primavera, Baretti, SAD Uruguay gagal mengangkat martabat sepakbola Indonesia.

Berhasil hanya dalam melahirkan indvidu - individu berbakat tetapi gagal menyatukan dalam satu kepaduan. Piala Asia U-19 tahun lalu membuktikan, Indonesia adalah negara yang tidak mempunyai liga sepakbola U-19 dan tingkatan umur dibawahnya.

PSSI tidak bereaksi cepat ketika Piala AFF U-19 tahun 2013 berhasil dimenangkan. Malah reaksinya membuat tour nusantara jilid I dan II yang tidak membawa dampak apa - apa terhadap permainan Evan Dimas dkk. Maka tak aneh jika nasib PSSI seperti sekarang, karena jarang berbenah.

Jika kondisi ini masih sama sampai tahun depan ( sanksi tidak dicabut, miskin kompetisi ) bukan tidak mungkin, Kamboja yang mengangkangi Indonesia. Tidaklah aneh jika gonjang - ganjing ini terjadi, walau dengan alasan apapun, tetapi PSSI memang gagal mengamankan diri mereka. Mereka seharusnya aman dengan jika terus berubah dan berinovasi ke arah yang lebih baik.

Entahlah secara umum sepakbola Asia Tenggara memang begitu - begitu saja, dan sialnya PSSI pun juga begitu - begitu saja.

No comments:

Post a Comment